4/21/2021 0 Comments Logo Partai Golkar
Perempuan bernama asli Siti Hediati Haryadi itu menjelaskan beda logo dua partai itu agar masyarakat tak terkecoh saat menggunakan hak pilihnya dalam pemilu 2019.Titiek kini merupakan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya setelah resmi menyatakan hengkang dari Partai Golkar sejak Senin 11 Juni 2018.Namun ia meminta masyarakat jeli menandai perbedaan mendasar logo dua partai itu.
Logonya memang sama sama berwarna kuning dan ada pohon beringinnya, tapi kalau pohonnya Partai Berkarya ada gambar otaknya, ujarnya. Logo partai besutan anak Soeharto, Hutama Mandala Putra alias Tommy Soeharto itu memang pohon beringin dengan bingkai rantai melingkar. Baca: Priyo Budi: Di Mata Partai Berkarya, Soeharto Layaknya Bung Karno Gambar pohon beringin Partai Berkarya berwarna hitam lalu diberi corak warna hijau seperti daun namun sekilas mirip gambaran otak manusia. Sedangkan dalam logo Golkar, pohon beringinnya terbingkai kotak segilima serta diapit padi dan kapas. Selain ada gambar otaknya, di pohon beringinnya Partai Berkarya juga ora ono setane (tidak ada hantunya), hehehe, kata Titiek berseloroh. Titiek menjelaskan pendirian Partai Berkarya memang terinspirasi untuk meneruskan cita-cita perjuangan Orde Baru yang belum terwujud di masa Soeharto menjabat. Cita cita Pak Harto kan mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, semoga bisa terwujud melalui Partai Berkarya ini, ujarnya. Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar. Sekber Golkar didirikan oleh golongan militer, khususnya perwira Angkatan Darat ( seperti Letkol Suhardiman dari SOKSI) menghimpun berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar). Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin meningkat. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan fungsionalgolongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh politik tertentu. Terpilih sebagai Ketua Pertama Sekber Golkar adalah Brigadir Jenderal (Brigjen) Djuhartono sebelum digantikan Mayor Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I, Desember 1965. Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar dalam Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional Sekber Golkar adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945. Semula anggotanya berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi. Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu: 1. Gerakan Pembangunan Untuk menghadapi Pemilu 1971, 7 KINO yang merupakan kekuatan inti dari Sekber GOLKAR tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970 untuk ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar yaitu Golongan Karya (GOLKAR). Logo dan nama ini, sejak Pemilu 1971, tetap dipertahankan sampai sekarang. Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut serta menjadi salah satu konsestan. Pihak parpol memandang remeh keikutsertaan GOLKAR sebagai kontestan Pemilu. Mereka meragukan kemampuan komunikasi politik GOLKAR kepada grassroot level. NU, PNI dan Parmusi yang mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin keluar sebagai pemenang. Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR. GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan 34.348.673 suara atau 62,79 dari total perolehan suara. Perolehan suaranya pun cukup merata di seluruh propinsi, berbeda dengan parpol yang berpegang kepada basis tradisional. NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera Barat dan Aceh. Sedangkan Murba tidak memperoleh suara signifikan sehingga tidak memperoleh kursi DPR. Kemudian, sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan kembali kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 Sekber GOLKAR mengubah dirinya menjadi GOLKAR. GOLKAR menyatakan diri bukan parpol karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan politik dengan mengesampingkan pembangunan dan karya. September 1973, GOLKAR menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I di Surabaya. ![]() Setelah Peristiwa G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer, melancarkan aksi-aksinya untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI, kemudian juga kekuatan Bung Karno. Pada dasarnya Golkar dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |